Jumat, 13 Juli 2018

Kepemimpinan dalam Agama Hindu


Bab I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Niti Sastra berasal dari kata Niti dan Sastra. Kata Niti yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “ni” dan “ktin” berarti “to lead, memimpin”. Kamus Kecil Sanskerta-Indonesia menjelaskan bahwa kata “ni” berarti menuntun atau memimpin atau hal memimpin. Kemudian kata “Niti” diartikan sebagai kemudi, pimpinan. Sedangkan kata Sastra berarti ajaran atau ilmu. Oleh karena itu secara etimologis Niti Sastra sebenarnya diartikan sebagai ilmu kepemimpinan. Niti Sastra juga mengandung ajaran kepemimpinan yang bersifat umum dan praktis berlandaskan ajaran Agama Hindu. Dijelaskan pula bahwa Nitisastra bukanlah ilmu pengetahuan hanya untuk kalangan negarawan atau politisi saja, tetapi juga untuk setiap orang. (Suhardana, 2008 : 6)
Sejarah membuktikan bahwa perjalanan suatu organisasi, apakah dalam skala kecil ataupun besar ditentukan oleh para pemimpin dan kepemimpinannya. Pemimpin memainkan peranan yang sangat menentukan kiprah suatu organisasi di tengah-tengah masyarakat. Disamping tentunya faktor-faktor adanya tujuan yang jelas dan benar sebagai sumber motivasi untuk berjuang dan mengabdi, serta adanya program yang terarah, realistik dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh, mempunyai sarana baik berupa organisasi yang baik, dukungan dana yang memadai dan mempunyai kader yang handal sebagai motor penggerak organisasi. Integritas pribadi, visi dan karakter seorang pemimpin dengan corak dan gaya kepemimpinannya sangat besar pengaruhnya pada dinamika kehidupan organisasi. Maju mundurnya organisasi dipengaruhi oleh kepemimpinan para pemimpinnya dalam mengemban tugas kepemimpinan. Tanpa kepemimpinan yang handal, penuh dedikasi, memiliki komitmen pada cita-cita dan berwibawa, sulit dibayangkan bahwa suatu organisasi akan mampu bergerak menuju cita-citanya. (Oka Mahendra, 2001 : 1)
Tanpa kepemimpinan seorang pemimpin suatu organisasi berjalan tanpa arah, akhirnya akan tenggelam hancur karena dikuasai oleh penyimpangan dan berbagai bentuk penyelewengan lainnya. Organisasi yang demikian tanpa kendali, pasti kandas di tengah jalan, tidak akan mampu menghantarkan masyarakat berlabuh di pantai tujuan. Dengan demikian, disini kami akan membahas mengenai syarat-syarat seorang pemimpin agar mampu menjadi pemimpin yang membawa organisasinya dalam mencapai tujuan.


1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, adapun beberapa masalah yang timbul dan perlu diungkapkan sebagai rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari pemimpin dan kepemimpinan ?
2.      Apa sajakah syarat-syarat untuk menjadi seorang pemimpin ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Masalah
Adapun tujuan serta manfaat dari masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut :
1.      Untuk dapat mengetahui dan memahami pengertian dari pemimpin dan kepemimpinan.
2.      Untuk dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat untuk menjadi seorang pemimpin.


Bab II
Pembahasan

2.1    Pengertian Pemimpin Dan Kepemimpinan
Pemimpin adalah seorang yang memiliki wibawa dan kemampuan untuk menggerakkan orang lain guna bersama-sama berupaya mencapai tujuan yang dicita-citakan. Pemimpin harus dapat membimbing dan mengarahkan masyarakat, mengilhami bangsanya untuk menapaki jalannya sejarah. Wibawa dan kemampuan tersebut dimiliki karena yang bersangkutan mempunyai kecakapan, integritas pribadi serta mendapat pengakuan dari masyarakat yang dipimpinnya baik secara formal maupun informal. Kepemimpinan tidak selalu terkait dengan batasan dan ketentuan formal.
Secara umum kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin tersebut lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun, dan kata benda memimpin yang berarti orang yang berfungsi memimpin atau menuntun orang banyak. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengkordinasikan dan mengarahkan beberapa orang serta golongan. Maka pimpinan itu harus mempunyai kemampuan untuk mengkoordinasikan, mengadakan perencanaan, mampu menggerakkan serta dapat melakukan pengawasan. Pendapat lain mengatakan bahwa kepemimpinan adalah tindakan pemimpin menurut tugas dan fungsi pokoknya.
Untuk dapat menggerakkan beberapa orang pelaksana, seorang pemimpin harus memiliki kelebihan daripada orang yang dipimpin. Misalnya kelebihan menggunakan pikirannya, rohaniah dan badaniah. Howard W. Hoyt dalam bukunya Aspect Of Modern Public Administration mengatakan bahwa kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing beberapa orang. Ada pula yang mengatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan membimbing orang lain, sehingga tergerakkan untuk turut mengikuti kemauannya dengan ikhlas untuk mencapai suatu tujuan bersama. Jadi pemimpin itu adalah orang yang mempunyai kelebihan tertentu dari orang sekitarnya, sehingga ia menjadi pemimpin dalam bidangnya.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu cara untuk mempengaruhi dan membimbing orang sedemikian rupa, sehingga mendapatkan kepatuhan dan ikhlas untuk dapat menunaikan tugas. George R. Terry  dalam bukunya Principle of Management mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan kelompok.
Seorang pemimpin formal atau informal, kecil maupun besar, melaksanakan kepemimpinan yang berbeda-beda derajat, bobot, jangkauan wilayah maupun sasaran yang hendak diwujudkan. Tetapi satu hal adalah pasti bahwa pemimpin dengan kepemimpinannya selalu berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin tanpa tujuan tidak bermakna. Sedangkan tujuan saja meskipun tujuannya besar sekalipun tidak cukup untuk mengantarkan masyarakat merapat kepantai harapan.
Seorang pemimpin harus mencintai, mengayomi dan melayani masyarakat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus mengetahui apa yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat yang dipimpinnya. Mereka harus mampu melakukan pendekatan yang menyentuh akal dan juga menyentuh hati masyarakat. Dengan pendekatan yang demikian seorang pemimpin mampu merebut simpati masyarakat. Hal tersebut memberi bobot kepada kepemimpinannya, sekaligus mempermudah memberikan motivasi untuk meyakinkan masyarakat untuk bertindak. Kepemimpinan seorang pemimpin diharapkan mampu mengilhami dan memberi daya gerak yang kuat bagi masyarakat untuk bersama-sama berjuang dan mengabdi demi tujuan bersama.
Setiap organisasi memerlukan kepemimpinan yang bukan saja mampu melahirkan gagasan-gagasan pembaruan, tetapi juga mampu berbuat atau melahirkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama dengan mengerahkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien. Seorang pemimpin selain harus mengetahui apa yang benar juga harus dapat melakukan apa yang benar, agar tujuan yang hendak diwujudkan dapat dicapai dengan cara-cara yang benar, sesuai dengan dharma dan dapat dipertanggungjawabkan secara konstitusional, politis maupun etis.
Karena itulah perlu dilakukan upaya terarah dan terencana untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan. Standar kepemimpinan seorang tidak hanya bergantung pada kualitas dan keyakinan para komandan kesatuan yang bersangkutan tetapi juga pada harapan masyarakat tentang mereka. Menyimak pengertian di atas maka terkait dengan kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : pertama, kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai pengikut. Kedua, dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuatan yang tidak seimbang antara pemimpin dan yang dipimpin. Ketiga, kepemimpinan merupakan kemampuan menggunakan bentuk-bentuk kekuatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Keempat, kepemimpinan adalah suatu nilai (values), suatu proses kejiwaan yang sulit di ukur.


2.2 Syarat-Syarat Seorang Pemimpin
Dr. Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan menjelaskan tentang sebab musabab munculnya sseorang pemimpin. Dijelaskan bahwa ada tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan munculnya seorang pemimpin yaitu :
a.       Berdasarkan teori genetis, dimana pemimpin itu tidak dibuat, tetapi lahir atau dilahirkan, berkat bakat alami yang luar biasa sejak lahir. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.
b.      Berdasarkan teori sosial, sebagai lawan dari teori genetis, dimana pemimpin itu harus disiapkan melalui pendidikan, artinya harus dibentuk karena tidak dilahirkan begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan yang bersangkutan sendiri.
c.       Berdasarkan teori ekologis atau sintetis, yang muncul sebagai reaksi atas kedua teori diatas. Seseorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya sudah mempunyai bakat kepemimpinan dan bakatnya itu dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya.
Sedangkan persyaratan untuk menjadi pemimpin itu selalu dihubungkan dengan tiga hal, yaitu :
a.       Kekuasaan, sebagai kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan mengggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
b.      Kewibawaan, sebagai kelebihan, keunggulan dan keutamaan, sehingga seorang pemimpin mampu mengatur orang lain dan orang tersebut patuh kepada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c.       Kemampuan, yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis atau sosial yang dianggap melebihi kemampuan anggota biasa.
Ketiga unsur di atas yaitu kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan merupakan suatu kelebihan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menjadi pemimpin. Kelebihan termaksud adalah sebagai berikut :
1.      Kelebihan dalam menggunakan manah atau pikiran atau rasio.
2.      Kelebihan dalam rohaniah.
3.      Kelebihan dalam jasmaniah.
Kelebihan dalam rohaniah adalah kelebihan dalam memiliki beberapa sifat, kewajiban yang memancarkan keluhuran budi pekerti. Seorang pemimpin akan tetap menjadi pemimpin, apabila ia tetap mempertahankan kelebihannya itu, kelebihan terhadap orang sekitarnya, misalnya memiliki keluhuran budi pekerti, moral yang baik, kesederhanaan, keuletan dan sebagainya.
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam agama Hindu maka pemimpin harus memiliki persyaratan bhakti yaitu cinta kepada tugas-tugasnya, cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sayang kepada sesama manusia sebagai insan hamba Tuhan. Agama harus didekati dengan keseluruhan kemandirian kita secara terintegrasi, sehingga benar-benar dapat mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Seorang pemimpin harus pula jnana yaitu memiliki ilmu pengetahuan yang luas mengenai segala aspek hidup kemasyarakatan dan kemampuan menerapkan ilmu kepemimpinan. Ia harus menjalankan karma-karma yaitu selalu bekerja secara tekun, menyesuaikan perkataan dengan perbuatan. Ia wajib menjalankan asana yoga yaitu melatih diri dalam asana untuk memelihara kesehatan jasmani.
Jadi secara keseluruhan apabila kita renungkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa syarat antara lain :
1.      Intelegensi, yaitu kemampuan dalam mengobservasi pengetahuan, kemampuan dalam menghadapi situasi baru, kemampuan melihat beberapa hubungan kenyataan dalam suatu situasi. Intelegensi ini sangat perlu dan berguna untuk menelaah, menguasai ilmu pengetahuan dan menyiapkannya untuk dipakai meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak buah atau pengikut. Seorang pemimpin harus dapat menganalisis situasi dengan cepat dan teliti serta mnegambil kesimpulan apa yang harus dikerjakan dan tidak ragu melaksanakannya.
2.      Karakter yaitu sifat kepribadian yang berhubungan dengan nilai. Karakter meliputi segala gejala pada seseorang yang dilihat dari pandangan benar atau tidak, baik atau buruk. Rasa nilai yang dipergunakan seseorang pada kelakuannya sendiri adalah pernyataan karakternya. Keteguhan karakter seseorang itu menggejala pada :
a.       Sifat kesungguhan, kejujuran, dapat dipercaya, berteruss terang, dan sebagainya.
b.      Integritas, yaitu perasaan halus mengenai etika, keadilan dan kebenaran yang merupakan fondasi kedamaian dan kesejahteraan.
c.       Rasa tanggung jawab, yaitu suatu perasaaan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Suatu perasaan tanggung jawab yang menyebabkan orang itu mempergunakan suatu kemampuan atau kecakapannya dan sarana untuk mencapai hasil yang maksimal.
3.      Kesiapsiagaan ialah selalu awas dan waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi dengan memelihara fisik dan mempertinggi kesadaran jiwa.
4.      Satya yaitu kesetiaan atau kebenaran. Ada lima satya dan disebut Panca Satya yang merupakan kode etik dari setiap umat Hindu. Dalam ajaran suci dikatakan Satya mukhaning Dharma yang artinya Satya adalah puncaknya agama. Panca Satya ini terdiri dari atas :
a.       Satya Swadaya yaitu jujur terhadap diri sendiri.
b.      Satya Wacana yaitu setia kepada ucapan atau janji atau perkataan.
c.       Satya Semaya yaitu setia kepada janji. Pemimpin harus konsekuen yaitu selalu menepati atau memenuhi apa yang dikatakan.
d.      Satya Mitra yaitu setia kepada sahabat atau pengikut walaupun telah mendapat kedudukan baik, jangan lupa pada rakyat atau teman.
e.       Satya Laksana yaitu jujur dalam perbuatan. Pemimpin harus bersungguh-sungguh dalam perbuatan serta taat melaksanakan peraturan dan hukum kerja.

Di dalam kitab Manawa Dharmasastra VII.3 ditemukan petunjuk sebagai berikut :
“Brahman praptena samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya yathanyayan kartawyan pariraksanam”
Artinya : Ksatria (pemimpin) yang telah menerima sakramen menurut Weda, berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan dalam Nitisastra I.4 menyebutkan :
“Ring janmadhika meta citta reseping sarwa prajangenaka, ring stri Madhya manchara priya wuwus tangde manah kung lulut, yan ring madhyani sang pandita mucap tattwopadesa prihen, yan ring madhyanikang musuh mucapaken wak sura singhakreti”
Artinya : orang yang terkemuka (pemimpin) harus bisa mengambil hati dan menyenangkan hati orang, jika berkumpul dengan wanita, harus dapat menimbulkan rasa cinta. Jika berkumpul dengan pendeta harus dapat membicarakan pelajaran-pelajaran yang baik. Jika berhadapan dengan musuh, harus dapat mengucapkan kata-kata yang dapat menunjukkan keberanian seperti seekor singa.
Berikut syarat-syarat pemimpin yang ideal menurut agama Hindu :
1.      Selalu memegang teguh Dharma.
2.      Harus mampu memahami dan menerapkan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci Weda.
3.      Pemimpin harus bersifat kondisional, yaitu mampu menerapkan pola-pola kepemimpinan sesuai dengan desa, kala dan patra dari masyarakat yang dipimpinnya.
4.      Memiliki kelebihan dibidang rohaniah dan jasmaniah.
5.      Mampu mengamalkan ajaran-ajaran kepemimpinan seperti Astabrata, Nitisatra, Panca Dasa Pramiteng Prabu, Nawa Natya, Panca Upaya Sandhi dan lain sebagainya.
Dalam sejarah Hindu banyak contoh pemimpin yang perlu dijadikan suri teladan. Disetiap jaman dalam sejarah Hindu selalu muncul tokoh yang menjadi pemimpin. Sebut saja Erlangga, Sanjaya, Ratu Sima, Sri Aji Jayabhaya, Jayakatwang, Kertanegara, Hayam Wuruk, Gajah Mada dan lain sebagainya. Di era sekarang banyak tokoh Hindu yang juga dapat dijadikan sebagai panutan atau pimpinan seperti Mahatma Gandhi, Svami Vivekananda, Ramakrsna, dan lain sebagainya.
Selain itu contoh kepemimpinan Hindu yang ideal dapat ditemukan dalam cerita Itihasa dan Purana. Banyak tokoh dalam cerita tersebut yang diidealkan menjadi pemimpin Hindu, misalnya seperti Dasaratha, Sri Rama, Arjuna, Yudisthira dan lain sebagainya.


Bab III
Penutup

3.1  Kesimpulan
Pemimpin adalah seorang yang memiliki wibawa dan kemampuan untuk menggerakkan orang lain guna bersama-sama berupaya mencapai tujuan yang dicita-citakan. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengkordinasikan dan mengarahkan beberapa orang serta golongan. Howard W. Hoyt dalam bukunya Aspect Of Modern Public Administration mengatakan bahwa kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing beberapa orang. Ada pula yang mengatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan membimbing orang lain, sehingga tergerakkan untuk turut mengikuti kemauannya dengan ikhlas untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Persyaratan untuk menjadi pemimpin itu selalu dihubungkan dengan tiga hal, yaitu : kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan merupakan suatu kelebihan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menjadi pemimpin. Kelebihan termaksud adalah kelebihan dalam menggunakan manah atau pikiran atau rasio, kelebihan dalam rohaniah dan kelebihan dalam jasmaniah. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa syarat antara lain : Intelegensi, Karakter, Kesiapsiagaan, Satya.
Sedangkan persyaratan pemimpin menurut agama Hindu adalah selalu memegang teguh Dharma, harus mampu memahami dan menerapkan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci Weda, pemimpin harus bersifat kondisional, yaitu mampu menerapkan pola-pola kepemimpinan sesuai dengan desa, kala dan patra dari masyarakat yang dipimpinnya, memiliki kelebihan dibidang rohaniah dan jasmaniah serta mampu mengamalkan ajaran-ajaran kepemimpinan seperti Astabrata, Nitisatra, Panca Dasa Pramiteng Prabu, Nawa Natya, Panca Upaya Sandhi dan lain sebagainya.

3.2  Saran
Dalam kehidupan di dunia ini kita mampu menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana sehingga akan tercipta kehidupan yang harmonis dengan mengaplikasikan syarat-syarat dari kepemimpinan tersebut. Walaupun tidak menjadi pemimpin bagi orang lain setidaknya kita mampu untuk memimpin diri kita sendiri untuk melakukan hal-hal yang positif. Niscaya kehidupan yang harmonis akan dapat tercipta.


Daftar Pustaka

Mahendra, Oka. 2001, Ajaran Hindu Tentang Kepemimpinan, Konsep Negara dan Wiweka. Denpasar : Manik Geni
Suhardana, K.M. 2008, Niti Sastra Ilmu Kepemimpinan Atau Management Berdasarkan Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Wiratmadja, G.K. Adia. 1995, Kepemimpinan Hindu. Denpasar : Yayasan Dharma Naradha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kepemimpinan Mahatma Gandhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar Belakang Niti Sastra berasal dari kata Niti dan Sastra. Kata Niti yang berasal dari bahasa Sansk...