Bab
I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Niti
Sastra berasal dari kata Niti dan Sastra. Kata Niti yang berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu “ni” dan “ktin” berarti “to lead, memimpin”. Kamus Kecil Sanskerta-Indonesia menjelaskan
bahwa kata “ni” berarti menuntun atau
memimpin atau hal memimpin. Kemudian kata “Niti”
diartikan sebagai kemudi, pimpinan. Sedangkan kata Sastra berarti ajaran atau
ilmu. Oleh karena itu secara etimologis Niti Sastra sebenarnya diartikan
sebagai ilmu kepemimpinan. Niti Sastra juga mengandung ajaran kepemimpinan yang
bersifat umum dan praktis berlandaskan ajaran Agama Hindu. Dijelaskan pula
bahwa Nitisastra bukanlah ilmu pengetahuan hanya untuk kalangan negarawan atau
politisi saja, tetapi juga untuk setiap orang. (Suhardana, 2008 : 6)
Sejarah
membuktikan bahwa perjalanan suatu organisasi, apakah dalam skala kecil ataupun
besar ditentukan oleh para pemimpin dan kepemimpinannya. Pemimpin memainkan
peranan yang sangat menentukan kiprah suatu organisasi di tengah-tengah masyarakat.
Disamping tentunya faktor-faktor adanya tujuan yang jelas dan benar sebagai
sumber motivasi untuk berjuang dan mengabdi, serta adanya program yang terarah,
realistik dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh, mempunyai sarana baik berupa
organisasi yang baik, dukungan dana yang memadai dan mempunyai kader yang
handal sebagai motor penggerak organisasi. Integritas pribadi, visi dan
karakter seorang pemimpin dengan corak dan gaya kepemimpinannya sangat besar
pengaruhnya pada dinamika kehidupan organisasi. Maju mundurnya organisasi
dipengaruhi oleh kepemimpinan para pemimpinnya dalam mengemban tugas
kepemimpinan. Tanpa kepemimpinan yang handal, penuh dedikasi, memiliki komitmen
pada cita-cita dan berwibawa, sulit dibayangkan bahwa suatu organisasi akan
mampu bergerak menuju cita-citanya. (Oka Mahendra, 2001 : 1)
Tanpa
kepemimpinan seorang pemimpin suatu organisasi berjalan tanpa arah, akhirnya
akan tenggelam hancur karena dikuasai oleh penyimpangan dan berbagai bentuk
penyelewengan lainnya. Organisasi yang demikian tanpa kendali, pasti kandas di
tengah jalan, tidak akan mampu menghantarkan masyarakat berlabuh di pantai
tujuan. Dengan demikian, disini kami akan membahas mengenai syarat-syarat
seorang pemimpin agar mampu menjadi pemimpin yang membawa organisasinya dalam mencapai
tujuan.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, adapun beberapa masalah yang timbul dan perlu
diungkapkan sebagai rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
pengertian dari pemimpin dan kepemimpinan ?
2. Apa
sajakah syarat-syarat untuk menjadi seorang pemimpin ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Masalah
Adapun tujuan serta manfaat dari
masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut :
1. Untuk
dapat mengetahui dan memahami pengertian dari pemimpin dan kepemimpinan.
2. Untuk
dapat mengetahui dan memahami syarat-syarat untuk menjadi seorang pemimpin.
Bab
II
Pembahasan
2.1
Pengertian
Pemimpin Dan Kepemimpinan
Pemimpin
adalah seorang yang memiliki wibawa dan kemampuan untuk menggerakkan orang lain
guna bersama-sama berupaya mencapai tujuan yang dicita-citakan. Pemimpin harus
dapat membimbing dan mengarahkan masyarakat, mengilhami bangsanya untuk
menapaki jalannya sejarah. Wibawa dan kemampuan tersebut dimiliki karena yang
bersangkutan mempunyai kecakapan, integritas pribadi serta mendapat pengakuan
dari masyarakat yang dipimpinnya baik secara formal maupun informal.
Kepemimpinan tidak selalu terkait dengan batasan dan ketentuan formal.
Secara
umum kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing atau tuntun.
Dari kata pimpin tersebut lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing
atau menuntun, dan kata benda memimpin yang berarti orang yang berfungsi
memimpin atau menuntun orang banyak. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mengkordinasikan dan mengarahkan beberapa orang serta golongan. Maka pimpinan
itu harus mempunyai kemampuan untuk mengkoordinasikan, mengadakan perencanaan,
mampu menggerakkan serta dapat melakukan pengawasan. Pendapat lain mengatakan
bahwa kepemimpinan adalah tindakan pemimpin menurut tugas dan fungsi pokoknya.
Untuk
dapat menggerakkan beberapa orang pelaksana, seorang pemimpin harus memiliki
kelebihan daripada orang yang dipimpin. Misalnya kelebihan menggunakan pikirannya,
rohaniah dan badaniah. Howard W. Hoyt dalam bukunya Aspect Of Modern Public Administration mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan
untuk membimbing beberapa orang. Ada pula yang mengatakan bahwa pemimpin adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi dan membimbing orang lain, sehingga tergerakkan
untuk turut mengikuti kemauannya dengan ikhlas untuk mencapai suatu tujuan
bersama. Jadi pemimpin itu adalah orang yang mempunyai kelebihan tertentu dari
orang sekitarnya, sehingga ia menjadi pemimpin dalam bidangnya.
Ada
pendapat yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu cara untuk
mempengaruhi dan membimbing orang sedemikian rupa, sehingga mendapatkan
kepatuhan dan ikhlas untuk dapat menunaikan tugas. George R. Terry dalam bukunya Principle of Management mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan kelompok.
Seorang
pemimpin formal atau informal, kecil maupun besar, melaksanakan kepemimpinan
yang berbeda-beda derajat, bobot, jangkauan wilayah maupun sasaran yang hendak
diwujudkan. Tetapi satu hal adalah pasti bahwa pemimpin dengan kepemimpinannya
selalu berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin tanpa tujuan
tidak bermakna. Sedangkan tujuan saja meskipun tujuannya besar sekalipun tidak
cukup untuk mengantarkan masyarakat merapat kepantai harapan.
Seorang
pemimpin harus mencintai, mengayomi dan melayani masyarakat yang dipimpinnya. Seorang
pemimpin harus mengetahui apa yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat yang
dipimpinnya. Mereka harus mampu melakukan pendekatan yang menyentuh akal dan
juga menyentuh hati masyarakat. Dengan pendekatan yang demikian seorang
pemimpin mampu merebut simpati masyarakat. Hal tersebut memberi bobot kepada
kepemimpinannya, sekaligus mempermudah memberikan motivasi untuk meyakinkan masyarakat
untuk bertindak. Kepemimpinan seorang pemimpin diharapkan mampu mengilhami dan
memberi daya gerak yang kuat bagi masyarakat untuk bersama-sama berjuang dan
mengabdi demi tujuan bersama.
Setiap
organisasi memerlukan kepemimpinan yang bukan saja mampu melahirkan
gagasan-gagasan pembaruan, tetapi juga mampu berbuat atau melahirkan karya yang
bermanfaat bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama dengan
mengerahkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien. Seorang
pemimpin selain harus mengetahui apa yang benar juga harus dapat melakukan apa
yang benar, agar tujuan yang hendak diwujudkan dapat dicapai dengan cara-cara
yang benar, sesuai dengan dharma dan dapat dipertanggungjawabkan secara
konstitusional, politis maupun etis.
Karena
itulah perlu dilakukan upaya terarah dan terencana untuk meningkatkan kualitas
kepemimpinan. Standar kepemimpinan seorang tidak hanya bergantung pada kualitas
dan keyakinan para komandan kesatuan yang bersangkutan tetapi juga pada harapan
masyarakat tentang mereka. Menyimak pengertian di atas maka terkait dengan
kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : pertama,
kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai pengikut. Kedua, dalam
kepemimpinan terjadi pembagian kekuatan yang tidak seimbang antara pemimpin dan
yang dipimpin. Ketiga, kepemimpinan merupakan kemampuan menggunakan
bentuk-bentuk kekuatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Keempat,
kepemimpinan adalah suatu nilai (values), suatu proses kejiwaan yang sulit di
ukur.
2.2
Syarat-Syarat Seorang Pemimpin
Dr.
Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin
dan Kepemimpinan menjelaskan tentang sebab musabab munculnya sseorang
pemimpin. Dijelaskan bahwa ada tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan
munculnya seorang pemimpin yaitu :
a. Berdasarkan
teori genetis, dimana pemimpin itu
tidak dibuat, tetapi lahir atau dilahirkan, berkat bakat alami yang luar biasa
sejak lahir. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi
yang bagaimanapun juga.
b. Berdasarkan
teori sosial, sebagai lawan dari
teori genetis, dimana pemimpin itu harus disiapkan melalui pendidikan, artinya
harus dibentuk karena tidak dilahirkan begitu saja. Setiap orang bisa menjadi
pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan
yang bersangkutan sendiri.
c. Berdasarkan
teori ekologis atau sintetis, yang muncul sebagai reaksi
atas kedua teori diatas. Seseorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak
lahirnya sudah mempunyai bakat kepemimpinan dan bakatnya itu dikembangkan
melalui pendidikan dan pengalaman, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya.
Sedangkan
persyaratan untuk menjadi pemimpin itu selalu dihubungkan dengan tiga hal,
yaitu :
a. Kekuasaan,
sebagai kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin guna mempengaruhi dan mengggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan,
sebagai kelebihan, keunggulan dan keutamaan, sehingga seorang pemimpin mampu
mengatur orang lain dan orang tersebut patuh kepada pemimpin dan bersedia
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan,
yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis
atau sosial yang dianggap melebihi kemampuan anggota biasa.
Ketiga
unsur di atas yaitu kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan merupakan suatu
kelebihan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menjadi pemimpin.
Kelebihan termaksud adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan
dalam menggunakan manah atau pikiran atau rasio.
2. Kelebihan
dalam rohaniah.
3. Kelebihan
dalam jasmaniah.
Kelebihan dalam rohaniah adalah kelebihan
dalam memiliki beberapa sifat, kewajiban yang memancarkan keluhuran budi
pekerti. Seorang pemimpin akan tetap menjadi pemimpin, apabila ia tetap
mempertahankan kelebihannya itu, kelebihan terhadap orang sekitarnya, misalnya
memiliki keluhuran budi pekerti, moral yang baik, kesederhanaan, keuletan dan
sebagainya.
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur dalam agama Hindu maka pemimpin harus memiliki persyaratan bhakti yaitu
cinta kepada tugas-tugasnya, cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sayang kepada
sesama manusia sebagai insan hamba Tuhan. Agama harus didekati dengan
keseluruhan kemandirian kita secara terintegrasi, sehingga benar-benar dapat
mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Seorang pemimpin harus pula jnana yaitu memiliki ilmu pengetahuan
yang luas mengenai segala aspek hidup kemasyarakatan dan kemampuan menerapkan
ilmu kepemimpinan. Ia harus menjalankan karma-karma yaitu selalu bekerja secara
tekun, menyesuaikan perkataan dengan perbuatan. Ia wajib menjalankan asana yoga yaitu melatih diri dalam
asana untuk memelihara kesehatan jasmani.
Jadi secara keseluruhan apabila kita
renungkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemimpin itu harus
memiliki beberapa syarat antara lain :
1. Intelegensi,
yaitu kemampuan dalam mengobservasi pengetahuan, kemampuan dalam menghadapi situasi
baru, kemampuan melihat beberapa hubungan kenyataan dalam suatu situasi.
Intelegensi ini sangat perlu dan berguna untuk menelaah, menguasai ilmu
pengetahuan dan menyiapkannya untuk dipakai meningkatkan kemampuan dan
keterampilan anak buah atau pengikut. Seorang pemimpin harus dapat menganalisis
situasi dengan cepat dan teliti serta mnegambil kesimpulan apa yang harus
dikerjakan dan tidak ragu melaksanakannya.
2. Karakter
yaitu sifat kepribadian yang berhubungan dengan nilai. Karakter meliputi segala
gejala pada seseorang yang dilihat dari pandangan benar atau tidak, baik atau
buruk. Rasa nilai yang dipergunakan seseorang pada kelakuannya sendiri adalah
pernyataan karakternya. Keteguhan karakter seseorang itu menggejala pada :
a. Sifat
kesungguhan, kejujuran, dapat dipercaya, berteruss terang, dan sebagainya.
b. Integritas,
yaitu perasaan halus mengenai etika, keadilan dan kebenaran yang merupakan
fondasi kedamaian dan kesejahteraan.
c. Rasa
tanggung jawab, yaitu suatu perasaaan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
sebaik-baiknya. Suatu perasaan tanggung jawab yang menyebabkan orang itu
mempergunakan suatu kemampuan atau kecakapannya dan sarana untuk mencapai hasil
yang maksimal.
3. Kesiapsiagaan
ialah selalu awas dan waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi dengan
memelihara fisik dan mempertinggi kesadaran jiwa.
4. Satya
yaitu kesetiaan atau kebenaran. Ada lima satya dan disebut Panca Satya yang
merupakan kode etik dari setiap umat Hindu. Dalam ajaran suci dikatakan Satya mukhaning Dharma yang artinya Satya adalah puncaknya agama. Panca
Satya ini terdiri dari atas :
a. Satya
Swadaya yaitu jujur terhadap diri sendiri.
b. Satya
Wacana yaitu setia kepada ucapan atau janji atau perkataan.
c. Satya
Semaya yaitu setia kepada janji. Pemimpin harus konsekuen yaitu selalu menepati
atau memenuhi apa yang dikatakan.
d. Satya
Mitra yaitu setia kepada sahabat atau pengikut walaupun telah mendapat
kedudukan baik, jangan lupa pada rakyat atau teman.
e. Satya
Laksana yaitu jujur dalam perbuatan. Pemimpin harus bersungguh-sungguh dalam perbuatan
serta taat melaksanakan peraturan dan hukum kerja.
Di dalam kitab Manawa Dharmasastra VII.3
ditemukan petunjuk sebagai berikut :
“Brahman
praptena samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya yathanyayan kartawyan
pariraksanam”
Artinya : Ksatria (pemimpin) yang telah
menerima sakramen menurut Weda, berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan
sebaik-baiknya.
Sedangkan dalam Nitisastra I.4
menyebutkan :
“Ring
janmadhika meta citta reseping sarwa prajangenaka, ring stri Madhya manchara
priya wuwus tangde manah kung lulut, yan ring madhyani sang pandita mucap
tattwopadesa prihen, yan ring madhyanikang musuh mucapaken wak sura
singhakreti”
Artinya : orang yang terkemuka
(pemimpin) harus bisa mengambil hati dan menyenangkan hati orang, jika berkumpul
dengan wanita, harus dapat menimbulkan rasa cinta. Jika berkumpul dengan
pendeta harus dapat membicarakan pelajaran-pelajaran yang baik. Jika berhadapan
dengan musuh, harus dapat mengucapkan kata-kata yang dapat menunjukkan
keberanian seperti seekor singa.
Berikut syarat-syarat pemimpin yang
ideal menurut agama Hindu :
1. Selalu
memegang teguh Dharma.
2. Harus
mampu memahami dan menerapkan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci Weda.
3. Pemimpin
harus bersifat kondisional, yaitu mampu menerapkan pola-pola kepemimpinan
sesuai dengan desa, kala dan patra dari masyarakat yang dipimpinnya.
4. Memiliki
kelebihan dibidang rohaniah dan jasmaniah.
5. Mampu
mengamalkan ajaran-ajaran kepemimpinan seperti Astabrata, Nitisatra, Panca Dasa
Pramiteng Prabu, Nawa Natya, Panca Upaya Sandhi dan lain sebagainya.
Dalam
sejarah Hindu banyak contoh pemimpin yang perlu dijadikan suri teladan. Disetiap
jaman dalam sejarah Hindu selalu muncul tokoh yang menjadi pemimpin. Sebut saja
Erlangga, Sanjaya, Ratu Sima, Sri Aji Jayabhaya, Jayakatwang, Kertanegara,
Hayam Wuruk, Gajah Mada dan lain sebagainya. Di era sekarang banyak tokoh Hindu
yang juga dapat dijadikan sebagai panutan atau pimpinan seperti Mahatma Gandhi,
Svami Vivekananda, Ramakrsna, dan lain sebagainya.
Selain
itu contoh kepemimpinan Hindu yang ideal dapat ditemukan dalam cerita Itihasa
dan Purana. Banyak tokoh dalam cerita tersebut yang diidealkan menjadi pemimpin
Hindu, misalnya seperti Dasaratha, Sri Rama, Arjuna, Yudisthira dan lain
sebagainya.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pemimpin adalah seorang yang memiliki
wibawa dan kemampuan untuk menggerakkan orang lain guna bersama-sama berupaya
mencapai tujuan yang dicita-citakan. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mengkordinasikan dan mengarahkan beberapa orang serta golongan. Howard W. Hoyt
dalam bukunya Aspect Of Modern Public
Administration mengatakan bahwa kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing beberapa orang. Ada pula
yang mengatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan
membimbing orang lain, sehingga tergerakkan untuk turut mengikuti kemauannya
dengan ikhlas untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Persyaratan untuk menjadi pemimpin itu
selalu dihubungkan dengan tiga hal, yaitu : kekuasaan, kewibawaan, dan
kemampuan merupakan suatu kelebihan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang
menjadi pemimpin. Kelebihan termaksud adalah kelebihan dalam menggunakan manah
atau pikiran atau rasio, kelebihan dalam rohaniah dan kelebihan dalam
jasmaniah. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemimpin itu harus
memiliki beberapa syarat antara lain : Intelegensi, Karakter, Kesiapsiagaan,
Satya.
Sedangkan persyaratan pemimpin menurut
agama Hindu adalah selalu memegang teguh Dharma, harus mampu memahami dan
menerapkan ajaran-ajaran agama dalam kitab suci Weda, pemimpin harus bersifat
kondisional, yaitu mampu menerapkan pola-pola kepemimpinan sesuai dengan desa,
kala dan patra dari masyarakat yang dipimpinnya, memiliki kelebihan dibidang
rohaniah dan jasmaniah serta mampu mengamalkan ajaran-ajaran kepemimpinan
seperti Astabrata, Nitisatra, Panca Dasa Pramiteng Prabu, Nawa Natya, Panca
Upaya Sandhi dan lain sebagainya.
3.2
Saran
Dalam
kehidupan di dunia ini kita mampu menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana
sehingga akan tercipta kehidupan yang harmonis dengan mengaplikasikan
syarat-syarat dari kepemimpinan tersebut. Walaupun tidak menjadi pemimpin bagi
orang lain setidaknya kita mampu untuk memimpin diri kita sendiri untuk
melakukan hal-hal yang positif. Niscaya kehidupan yang harmonis akan dapat
tercipta.
Daftar
Pustaka
Mahendra, Oka. 2001, Ajaran Hindu Tentang Kepemimpinan, Konsep
Negara dan Wiweka. Denpasar : Manik Geni
Suhardana, K.M. 2008, Niti Sastra Ilmu Kepemimpinan Atau
Management Berdasarkan Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Wiratmadja, G.K. Adia.
1995, Kepemimpinan Hindu. Denpasar :
Yayasan Dharma Naradha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar